Jumat, 08 Juli 2016
Disumpah di Depan Kiai, Ini yang Keluar dari Mulut Pemuda Penista Agama
SAMPANG- Sepuluh pemuda kecamatan Karang Penang, Sampang, Jawa Timur itu hanya bisa menunduk malu saat mereka diambil sumpah di Pondok Pesantren Miftahun Ulum, Desa Karang Durin, Rabu (6/7) malam. Ya, mereka adalah pemuda yang dianggap menista agama Islam lantaran telah berpose tak senonoh sembari melaksanakan salah berjamaah. Foto itu juga mereka sebar di facebook.
Akibatnya, netizen, ulama dan aparat marah besar. Mereka ditangkap dan diambil sumpah untuk tidak mengulangi perbuatan.
Pengambilan sumpah itu disaksikan seluruh kepala desa di Kecamatan Karang Penang, tokoh masyarakat, ulama, anggota DPRD, polisi dan TNI.
Sebelum disumpah, mereka diberi tausiyah oleh KH Achmad Fauzan Zaini. Mereka juga diminta untuk menandatangani surat pernyataan bermaterai. Isinya tidak akan mengulangi perbuatannya.
“Kami berikan pembinaan dan sumpah supaya mereka tidak mengulangi lagi. Kalau dilihat dari mukanya mereka jera,” kata KH Achmad Zaini.
Kepada Jawa Pos Radar Madura (JPNN Group), Sulhan, salah satu pemuda itu mengaku sangat menyesal. Pernyataan kapok pun keluar dari mulutnya. “Kami hanya iseng. Tidak ada niat apapun. Kami berjanji tidak akan mengulangi kembali,” kata Sulhan.
Seperti diketahui, mereka mengupload foto sedang berjejer layaknya orang salat berjamaah. Namun yang membuat netizen tersinggung, dalam foto itu saat bersujud ada seorang remaja telanjang dada di belakang pantat sang imam. Adegan itu mirip orang sedang berhubungan intim.
Kata Sulhan, foto itu diambil di sekitar Bendungan Nepa, Sabtu (2/7).
Senin, 04 Juli 2016
Ini Kebohongan Seputar Bom Madinah Diungkap WNI dari Masjid Nabawi
POJOKSATU.id, MADINAH – Tragedi bom Madinah menganggu ketentraman umat Islam yang tengah menjalankan Ramadhan jelang Idul Fitri. Banyak informasi simpang siur atas tragedi bom yang dikabarkan meledak di dekat Masjid Nabawi.
Seorang warga negara Indonesia (WNI), Fathuddin Ja’far, menulis panjang fakta-fakta seputar tragedi bom di Madinah
Bom di Madina, Finah Apalagi yang Diarahkan kepada Umat Islam?
Berita bom yang terjadi di Madinah tadi saat berbuka tersebar secepat kilat ke seluruh penjuru dunia dan menjadi berita terbesar sejagad melebihi apa yg terjadi di Turki beberapa hari lalu.
Banyak pesan singkat masuk dari sahabat di tanah air menanyakan kabar kami karena mereka khawatir kami terganggu kenyamanan ibadah ataupun bisa kena musibah. Semoga Allah lindungi…
Kami yang setiap hari berbuka di dalam Masjid Nabawi atau di pelatarannya dengan jumlah sekitar 2 juta shoimin dan mu’takifin tidak terganggu sama sekali dan bahkan salah seorang sahabat i’tikaf sempat mensyuting peristiwa tersebut dan terlihat cukup jauh dari lokasi Masjid Nabawi. Kami hanya melihat kepulan asap spt ada kebakaran di seberang Baki’, makam para Sahabat Rasulullah. Tak ada suara ledakan apapun yg terdengar.
Saking jauh dan tidak mengganngunya peristiwa tersebut, shalat Isya dan tarawih berjalan seperti biasa. Saya sengaja masuk ke dalam Masjid Nabawi sehingga mendekati posisi Raudhah. Tak ada seorangpun yang saya temukan berdiskusi masalah bom tersebut, apalagi dalam keadaan bingung.
Sebab itu saya berkesimpulan: Jangan-jangan mereka gak tau ada peristiwa tersebut karena memang jauh dari areal Masjid Nabawi.
Naluri media dan teori konspirasi saya muncul saat pesan-pesan singkat masuk ke hape via WA yang isinya mengkhawatirkan atau meverifikasi apakah benar ada bom meledak di Masjid Nabawi.
Tentu saya kaget tak kepalang. Saya langsung putuskan untuk shalat tarawih 8 rakaat saja dan segera keluar dari Masjid Nabawi sambil memfoto dan merekam suasana shalat taraweh malam yg ke 30 di Masjid Rasul yg sanagt dicintai umat Islam itu. Saya foto sejak dari dalam sampai keluar Masjid dan suasanaya sedikitpun tdk berubah dari malam-malam sebelumnya.
Saya buka internet sambil jalan. Ternyata dunia maya sudah heboh sekali. Sampai saya di kamar hotel tempat kami memginap stasiun tv Al-Rabiya, milik Yahudi yang sangat populer beberapa tahun belakangan yang muncul sengaja menyaingi Al-Jazeerah.
Filing media dan konspirasi saya benar. Saya lihat pembawa berita live sedang mewawancara Menteri Wakaf Mesir dan beberapa pengamat masalah Timur Tengah lainnya via telpon. Semua mereka mengutuk kejadian bom tersebut.
Ada beberapa hal dan fakta yg membuat saya yakin bahwa umat Islam (khususnya sejak kasus WTC 2001) sedang mengahadapi konspirasi tingkat tinggi yg sedang dijalankan oleh kelompok anti Islam global :
1. Beritanya sangat dibesar-besarkan dan diekspos sedemikian rupa secara serentak oleh seluruh media, termasuk medsos bersamaan dengan saat peristiwa bom terjadi. Seakan mereka sudah saling tau atau tukar informasi sblm kejadian. Begitu juga dg kejadian2 bom di wilayah lain di seluruh negeri Mulism.
2. Pembawa berita di tv Al-Arabiya dan semua tokoh yg diwawancara langsung dapat memastikan pelakunya, yaitu yang mereka namakan kelompok teroris Islam. Padahal penyelidikan dari pihak berwajib di Saudi belum memulai kerjanya.
3. Baik materi berita yg diangkat, redaksi wawancara dan runing teks di tv Al-Arabiya sangat propokatif dan terlihat sekali kebohongannya, seperti : Para teroris itu tdk ada agamanya karena mereka berani membom tempat-tempat suci, bahkan di depan pintu Masjid Nabawi. Sebab itu, dunia internasional harus bekerjasama menghadapi/memerangi mereka dan berbagai ungkapan lainnya.
3. Seperti biasa, provokasi dan kebohongan itu mereka dukung dg tampilan rekayasa gambar dan vidio kejadian.
Saya katankan pada sahabat yg nonton Al-Arabiya bersama, demi Allah, ini adalah kebohongan media kaum kafir kapan saja dan di mana saja. Bom yg terjadi jauh dari Masjid mereka syuting dari arah gerbang utama Masjid Nabawi. Kemudian dizooming sehingga sekakan kejadiannya di samping Masjid Nabawi dan pembawa beritanya bilang: Bom terjadi depan pintu gerbang Masjid Nabawi.
Kalau ucapan perempuan pembawa acara itu benar, kami mungkin sudah luka atau mungkin juga tewas karena dari sebelum berbuka sampai shalat magrib tadi puluhan ribu jamaah persis berada depan gerbang utama Msjid Nabawi karena tidak bisa masuk ke dalam saking banyaknya jamaah.
Dari kejadian bom Madinah ini, saya semakin yakin bahwa umat Islam sekarang sedang menghadapi fitmah dan konspirasi dari segala arah yang sangat luar biasa dari musuh-musuh Allah dan musuh-musuh mereka dg menggunakan segala cara keji dan kebohongan agr umat ini tdk bisa bangkit dari kelemahan dan keterpurukan mereka.
Sebenarnya hal tersebut sangat wajar karena Allah dan Rasulullah telah mengingatkan akan hal tsb dlm banyak ayat dan hadits..
Pertanyaanya ialah: Kapan umat ini, wabil khusus para pemimpin negeri Muslim sadar? Hanya Allah Yang Maha Tahu.
Kemudian, yakinlah rekayasa dan konspirasi kaum kafir dan para bonekanya tdk akan selalu berhasil karena mereka pada hakikatnya sdg berhadap2an dg Allah yg MAHA DAHSYAT REKAYASA-NYA karena di Tangn-Nya kendali jagad raya ini.
Yaa Allah aku sudah sampaikan… Aku sudah sampaikan… Aku sudah sampaikan. Maka saksikanlah….
Samping Masjid Nabawi, Malam 30 Ramadhan 1437 H
Hamba-Mu yg berharap ampunan, kasih sayang dan syurga-Mu
Fathuddin Ja’far
Minggu, 03 Juli 2016
Kisah Maurice, mualaf yang bertahan setelah ditembus 9 peluru
Hidup di jalanan identik dengan kekerasan dan narkoba. Hal itu dialami oleh Maurice Gigetts, warga Chester, Pennsylvania, Amerika Serikat. Chester merupakan salah satu kota dengan tingkat kriminalitas paling tinggi di Amerika Serikat. Dalam 'The 10 Most Dangerous Cities in America' yang dirilis cheatsheet.com, 19 Maret 2015, Kota Chester Pennsylvania menempati urutan ke-3 dalam daftar kota paling berbahaya di AS.
Sebagai salah satu kota dengan tingkat kriminalitas yang tinggi di AS, warga Chester sudah tidak asing dengan kehidupan jalanan yang marak penggunaan senjata api, senjata tajam, juga narkoba.
Maurice sendiri sudah terlibat dalam berbagai aksi kejahatan sejak usia belia. "Saya mulai terlibat aksi kejahatan saat saya masih muda. Curi mobil, jual narkoba dan saat saya berusia 16 tahun saya ditangkap karena merampok. 2 tahun saya dipenjara," kata Maurice kepada merdeka.com, Rabu (8/4).
Saat di penjara, Maurice mendapati dirinya satu sel dengan seseorang yang mengenalkannya kepada Islam. Maurice pun merasa dirinya mulai menemukan hal yang membuatnya lebih tenang. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk Islam pada tahun 1995.
2 Tahun di penjara, Maurice pun akhirnya menghirup udara segar. Meski demikian, kuatnya pengaruh lingkungan membuatnya kembali menjalani kehidupan jalanan. Maurice tetap menjalani aktivitas kejahatan dan menjual narkoba.
Sebagai orang yang pernah masuk dalam daftar kejahatan di Kepolisian, Maurice tentu terus dipantau aparat setempat. Dirinya pun kembali ditangkap polisi saat beraksi menjual narkoba.
"Saya mengenal Islam tapi saya tetap ke jalanan, jual narkoba dan tertangkap lagi, kali ini karena jual narkoba. 3 Tahun saya dipenjara," tutur Maurice.
Dua kali menjalani hidup di dalam penjara membuat Maurice introspeksi diri. Maurice bertekad untuk berubah, menjauhi segala tindakan yang akan membuat hidupnya lebih hancur lagi. Namun di saat sedang berusaha memperbaiki diri, Maurice harus kembali merasakan pahitnya hidup di lingkungan penuh kejahatan. Maurice yang semula pelaku kejahatan, berubah menjadi mangsa kejahatan.
"Saat saya sedang berusaha untuk kembali ke jalan yang benar tiba-tiba saya dirampok. Saya ditembak sembilan kali, tiga di kepala. Saya ditemukan tergeletak di gang pukul 3 pagi," ungkap Maurice.
Maurice pun dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sembilan Peluru di tubuhnya menyebabkan Maurice harus koma selama lebih dari 2 bulan. Tidak hanya itu, Maurice harus merelakan mata kirinya buta dan tubuh sebelah kirinya lumpuh.
"2,5 Bulan saya koma di rumah sakit. Saya selamat dari koma, tapi saya kehilangan sebelah mata saya saat ditembak, mata kiri. Sebelah kaki saya lumpuh, saya belajar untuk bisa berjalan kembali, belajar untuk makan. Akibat tembakan itu saya bermasalah dengan kognitif, memori dan keseimbangan," tutur Maurice.
Kepercayaan dirinya pun hancur. Namun alih-alih meninggalkan Islam, Maurice justru merasa semakin ingin mengenal Islam, mengenal Allah SWT. Tekadnya untuk berubah ke arah yang lebih baik justru semakin kuat.
"Saat saya memulai terapi, saya melihat banyak yang menderita cedera otak, banyak yang mengalami kondisi yang jauh lebih buruk dari saya. Itu membuat saya menangis karena bersyukur. Saya begini karena saya ditembak sembilan kali dan masih hidup. Itu merupakan keberkahan bagi saya. Tahun 2008 saya ditembak," ungkap Maurice.
Maurice pun berencana menunaikan ibadah haji setelah fisiknya dirasa kuat. Pada tahun 2012, Maurice melaksanakan niatnya beribadah haji. Meski demikian, sembilan peluru yang pernah bersarang di kepala, tangan dan jarinya tersebut membuat kondisi kesehatannya berubah. Maurice mengaku setelah aksi penembakan tersebut, dirinya mudah lelah. Maurice menjaga kesehatannya dengan berolahraga empat kali dalam seminggu.
Usai berhaji, Maurice bertekad untuk menjadikan dirinya bermanfaat bagi dunia dan agamanya. Kini, Maurice menghabiskan waktunya berbagi cerita dan menuntun pemuda-pemuda bermasalah untuk kembali ke jalan yang benar.
"Sekarang saya masih tinggal di pinggiran Philadelphia, menjadi mentor bagi anak-anak muda. Mencoba membawa mereka ke jalan yang lebih baik karena Chester kota dengan tingkat kriminalitas yang tinggi," tutup Maurice.
Ayah, Mama ku kemana? (kisah dari 2 orang anak yang mengharukan)
Kenalkan nama ku adalah Haikal(samaran), aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku bernama juan(samaran) perbedaan usia kami 3 tahun, sejak aku lahir aku tinggal bersama mama dan nenekku tercinta, aku tumbuh besar bersama adikku ketika itu usiaku telah menginjak 5 tahun, sejak lahir aku belum pernah sekali pun melihat sosok ayahku seperti apa wajahnya, terkadang aku iri kepada teman-teman ku ketika mereka berada didekapan ayahnya, aku sering bertanya kepada mama “ mama, ayah dimana si, ko ga pulang-pulang aku kan mau lihat ayah?” namun mama selalu menjawab “ ayah lagi kerja ditempat yang jauh, kamu berdoa aja semoga ayah cepet pulang ya sayang “ aku hanya diam dan dengan polos aku melanjutkan bermain bersama adikku.
Hari demi hari ku lewati bersama juan dan mama tanpa seorang ayah, memang berbeda rasanya seperti ada yang kurang, namun ku tetap bersabar dan percaya suatu saat ayah pasti pulang..
Setahun berlalu usiaku 6 tahun dan adikku 3 tahun saat itu adikku mulai bisa berjalan dan berbicara walaupun ucapan nya masih kurang jelas, sama seperti anak lainnya adikku sering sekali menangis dan sangat manja ia butuh perhatian lebih dari orang tua terutama mama, namun entah kenapa saat-saat itu terjadi, hal yang sangat kami berdua tidak inginkan, kala itu mama tiba-tiba pergi meninggalkan kami dan nenek bertiga tanpa sepengetahuan kami, aku dan adikku menangis semalaman karena menganggap mama hilang karena mama ga pulang dari pagi, aku menangis sembil menyebut-nyebut nama mama aku berteriak namun hanya sia-sia. Sehari,seminggu,sebulan,tiga bulan berlalu aku masih belum melihat mama,
aku pun selalu bertanya kepada nenek “ mama dimana si nek.” tidak beda dengan peerkataan mama saat ku menanyakan keberadaan ayah, nenek pun selalu menjawab “ mama lagi ke kampung jauh nginap lama, kamu berdoa saja semoga mama sehat dan cepet pulang ya sayang”
setiap malam aku selalu memikirkan sosok mamaku yang kusayangi, mama,... aku dan juan kangen mama, mama kemana....?ko mama lama sekali kekampungnya.....? Kenapa mama ga pulang-pulang...., mama pulang..., haikal kangen mama, haikal sayang mama, juan nangis terus ma... kasian nenek. ku slalu berdoa agar mama pulang kerumah.
Hari berganti tahun saat itu perayaan hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari, aku bertanya lagi kepada nenek tentang keberadaan mama namun nenek bilang “ ia, kamu berdoa saja sama Allah ya nak semoga pas lebaran kita ketemu mama,..”
sungguh saat itu walau aku masih anak-anak namun hati ini tetap merasa hidup ini tidak adil, seorang anak kecil ditinggal mama dan ayah,. Aku selalu menangis ketika melihat foto kami bertiga, yang ku simpan selalu di bawah bantal.
akhirnya lebaran pun tiba, banyak kue-kue yang lezat di atas meja, teman-temanku memakai baju baru dan mereka pergi bersama mama, ayahnya bersalam-salaman, namun berbeda dengan aku, aku hanya hanya mengenakan baju lama, karena aku tidak mau baju selain pemberian mama, aku duduk dan melamunkan mama dan ayahku, aku menunggu apakah doaku akan terkabul?berharap mama akan pulang hari ini namun hingga siang pun mama belum juga datang. Aku sangat sedih dihari itu. Walaupun banyak orang-orang datang kerumah dan memberiku uang banyak. Aku tetap ingin mama dan ayah yang datang dan memberiku hadiah saat lebaran tersebut. Namun kenyataan nya hanyalah sia-sia..
Beberapa tahun berlalu Aku kini telah beranjak besar dan bersekolah kelas 5 SD
Aku kembali teringat sosok mama ketika aku mendapat hukuman oleh ibu guru karena mencontek saat ulangan dan nilai-nilaiku sangat kurang aku diwajibkan memanggil orang tuaku untuk menghadap ke ibu guru.
Ketika aku selesai solat isya aku memikirkan mama, mama kemana? kenapa mama ga pulang-pulang ??...., mama aku butuh mama, aku dihukum ma...., mama belain aku., mama sayang aku dan juan kan?
Tapi kenapa mama pergi?... sambil menangis ku membayangkan sosok mama yang sangat menyayangi kami,
Aku memikirkan Ayah ku sosok yang sangat ku rindukan aku memikirkan seperti apa wajah ayah, aku ingin sekali melihat ayah, dipeluk, di belikan mainan seperti anak yang lain, “ ayah aku sayang ayah, ayah pulang kami sendiri disini, ya Allah ayah ku dimana, ya Allah aku ingin sekeli melihat ayahku ya Allah, ya Allah kenapa mama dan ayahku pergi ?...apa mereka ga sayang haikal dan juan? Ya Allah kembalikan ayah dan mama seperti dulu lagi ya Allah haikal dan juan kangen mama,ayah. Haikal dan juan.
Dan saat aku berumur 14 tahun saat itu aku SMP kelas 2 semuanya mulai terungkap, mungkin bagi mereka saat itu aku masih kanak-kanak sehinggga aku percaya apa yang dikatakan mama dan nenek, namun ternyata semua itu berbeda, kini aku telah beranjak remaja hatiku mulai peka dengan keadaan sekitarku , aku mulai mengetahui kemana sebenarnya mama dan ayah selama ini, aku mendapat kabar bahwa mama sebenarnya pergi karena membawa uang milik nenek sebesar 8 juta, padahal katanya mama mendapat uang dari ayah sebesar 5 juta perbulan. Dan kabarnya ternyata aku hanyalah anak hasil diluar nikah dari mama ayahku, ayahku demi menjaga rahasia ia pergi ke makasar tempat tingggalnya dan menikah dengan orang lain namun ayah tetap menafkahi mama, dan aku mendapat kabar bahwa mama ternyata hanya menjadi bahan pengeretan pacarnya yang beda agama dan kini mama berpindah agama, dan setelah ayah mengetahui kabar mama pindah agama, akhirnya ayah dan mama bercerai saat aku berumur 12 tahun yang lalu. Betapa perihnya aku mendapat kabar seburuk itu, seperti di cabik-cabik rasanya hati ini. Ingin sekali aku pergi selama-lamanya dari masalah ini aku tidak kuat melihaat kenyataan ini.
“ Mengapa nenek tidak memberitahu semuanya kepadaku, mengapa? ?? mengapa semua ini terjadi kepadaku, berhari-hari ku memikirkan kabar itu, aku masih tidak percaya dengan hidup yang ku jalani ini, mama ayah, pulang..... dan jelaskan bahwa semua itu tidak benar....,” mama ayah.. berkali-kali menyebut nama mama ayah sambil menangis, hinggga akhirnya aku tertidur, kursakan suasana sangat terang, aku melihat juan sedang berdiri bersama nenek, mama dan seorang pria yang tidak ku kenal melambaikan tangan memanggilku “sini Haikal... ini ayah nak....”, ternyata itu adalah ayah, seketika ku berlari menghampirinya dan memeluk erat sambil menangis ku berkata “ayah,.... ayah aku kangen ayah... kenapa ayah tidak pernah pulang, haikal kangen ayah,... haikal sayang ayah, ayah sayang haikal kan??...ayah jangan pergi lagi.., dan mama memelukku, dan akupun memeluk nya, mama haikal kangen mama, ... ”,mama kemana saja mah... mama gak boleh pergi lagi ya. Janji!!, akhirnya setelah sekian lama kami bertemu, terima kasih ya Allah, engkau telah menjawab doa kami , ,..
perasaan ku sangat bahagia, setelah 14 tahun berpisah, akhirnya kami bertemu,
tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata, senang,terharu,suka menjadi satu,
sekarang aku tidak iri lagi dengan teman-teman karena aku juga memiliki keluarga yang lengkap,.
Menyambut kedatangan ayah dan mama kami berkumpul disuatu taman yang sangat indah terdapat pohon-pohon buah dan sungai yang mengalir kami bersuka-ria disana,kami bermain, berlari-lari dengan juan adikku tercinta, aku pun mendorong juan ke sungai yang dangkal tersebut, , dan tiba-tiba aku pun diangkat ayah dan diceburkam kesungai bersama juan saat aku tercebur sentak!! aku terbangun,, ternyata aku terjatuh dari sofa,.. aku berlari mencari nenek, menanyakan kepada nenek, “ayah mama kemana nek?”dan nenek pun menjawab “kamu kenapa sayang, kamu mimpi ya, tadi nenek mau bangunin kamu tapi nenek ga tega cuci muka dulu sana,.” hah ternyata cuma mimpi, aku pun bercerita semuanya tentang mimpi indah tadi kepada nenek,...
Aku bersyukur karena aku bisa melihat sosok mama kembali dan ayah walaupun samar-samar hanya dalam mimpi,
Kini nenek yang selalu mendukungku disaat aku sedih, dan aku selalu bercerita semua yang aku rasakan kepada nenek.
Terimakasih nenek karena kau telah merawat ku hingga sekarang, kau adalah nenek terbaik yang ku miliki jangan pergi seperti mama dan ayah, aku sayang nenek ...
Dan adikku , kami sering merenung berdua tentang hal ini, namun kita hanya bisa berharap Allah menjawab doa kita. Terkadang kulihat adikku menangis sesaat selesai ibadah, mungkin ia merasakan sama seperti yang aku rasakan.
“Dan aku selalu mengingat saat-saat bahagia bersama mama , saat mama memelukku dengan penuh kasih sayang,aku selalu ingat saat mama memarahiku karena aku bermain dijalan, aku selalu ingat saat mama membeli es krim dan kita makan bersama-sama dan keesokan harinya aku demam,aku selalu ingat saat mama mengkompres kepalaku saat aku sakit dan menjagaku semalaman,aku selalu ingat saat kita liburan ke Ancol bersama nenek dan juan, bahagianya bersama mama”
Hingga kini aku masih belum tau keberadaan mama dan ayah...,
Aku menulis cerita ini sesuai dengan kenyataan yang ada, aku hanya bisa berdoa
Semoga Ayah dan mama membaca cerita ini:
“ Ayah, Mama seberapa buruknya aku membutuhkan kasih sayang kalian, walaupun aku anak haram aku tidak akan menuntut kalian untuk menghalalkan aku. Seburuk apapun kalian adalah orang tuaku,aku tidak pernah malu memiliki orang tua seperti kalian, ayah mama, aku dan juan sayang ayah dan mama jangan tinggalin kami semua, aku hanya ingin kita BERKUMPUL bersama walaupun hanya 1 jam, aku kangen kalian, aku ingin memeluk mama dan ayah cuma itu yang haikal mau, sekarang haikal udah kuliah mah,ayah, haikal bakal berjuang sampai haikal mati haikal bakal terus mencari mama dan ayah.dan haikal janji! Haikal akan berusaha membuat kalian bangga memiliki anak seperti aku dan juan.”
Haikal dan juan sayang Mama dan Ayah selalu.
Inilah sepenggal kisah hidup yang kujalani, mungkin aku tak seberuntung kalian yang bisa merasakan kasih sayang orang tua, maka sayangilah mama ayahmu yang selalu disisimu dan selalu menjagamu dan buatlah mereka bangga karena hanya kalian harapan mereka.
Selesai
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita di Atas..
Terima Kasih Terlah membaca ;')
seberat apapun masalahmu, masih ada orang lain yang yang memiliki masalah lebih berat darimu..
Kisah Sedih Dimalam Idul fitri....sumpah,sedih bgt bacanya
"Kisah Nyata Bapak Penjual Amplop" Artikel Ini Ditulis Oleh: Rinaldi Munir, Bandung
Saat menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik.
Sepintas barang jualannya itu terasa aneh di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-b
arang asesori lainnya.
Tentu agak aneh dia nyempil sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop.
Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba.
Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu. Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur.
Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali, saya menghampiri bapak tadi.
Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. Seribu, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya.
Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. Saya beli ya pak, sepuluh bungkus, kata saya. Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak.
Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak. Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu.
Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop.
Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. Bapak cuma ambil sedikit, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu.
Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal menipu harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan.
Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi. Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju tempat penginapan.
Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata.
Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini: bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap...
Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka.
Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka. Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat.
Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.
Di tempat lain saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua. Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di dalam tas bercampur laptop. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.
Langganan:
Komentar (Atom)





