![]() | ||||
"...Seperti tersembunyi dibalik debu sejarah, tidak banyak yang tahu bahwa Aceh dan Kota Salem, Massachusetts, Amerika Serikat mempunyai hubungan yang sangat erat di masa lampau..." Oleh Abdul Razak M.H. Pulo (*
Terkhusus dalam hal perdagangan lada. Sanking eratnya, hingga logo Kota Salem pun menggunakan simbol-simbol Aceh. Benarlah Aceh punya sejarah gilang gemilang di masa lalu.
Berawal dari sebuah tag di Facebook oleh teman saya, Safar Manaf, saya tertarik menelusuri lebih lanjut bagaimana hubungan antara Aceh dengan Salem. Atau lebih layak dikatakan hubungan Aceh dengan Amerika Serikat pada waktu itu, mengingat hal-hal yang terjadi di kemudian hari melibatkan Pemerintah Amerika Serikat dibawah pimpinan Presiden Jackson.
Safar Manaf dalam blognya menulis secara singkat mengenai sejarah Kota Salem. Uraian sejarah tersebut bisa diakses dengan mengklik tab “City Seal” (lambang kota) - *disni] pada website kota Salem. Berikut adalah terjemahan versi Safar Manaf terhadap teks tersebut:
Kenyataannya, Jika kita menelisik kembali lambang kota Salem, kita akan menemukan gambaran seorang Atjeh.
Pada puncak perdagangan lada, Dewan Kota memerintahkan untuk menciptakan sebuah segel yang menggambarkan “Sebuah kapal yang sedang berlayar, mendekati pantai yang digambarkan dengan seseorang yang berdiri di antara pepohonan di mana kostumnya menunjukkan wilayah tersebut adalah bagian dari Hindia Timur", motto ‘Divitis Indiae usque ad ultimum sinum’ … yang berarti “Menuju pelabuhan terjauh di Timur yang kaya…”
George Peabody, anak dari pedagang lada yang disegani, dan dia sendiri juga memiliki kapal pengangkut lada, melukis desain seorang pria memakai serban merah rata, celana panjang merah dan ikat pinggang merah, jubah kuning sebatas lutut dan baju luar warna biru. Tidak ada masyarakat lain di Hindia Timur yang memiliki pakaian semirip ini yang lebih mendekati selain masyarakat Atjeh, dan mungkin itulah maksudnya.
Hanya dokumen resmi kota Salem yang dibenarkan memakai Lambang kota tersebut. Adalah termasuk pelanggaran hukum Negara dan Peraturan Lokal, jika memakai lambang ini pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan urusan resmi Kota Salem. Pegawai Kota adalah penjaga Emblem Kota.
Perdagangan, bisnis, di manapun dan kapanpun ternyata menyimpan intrik-intrik yang bisa menghancurkan hubungan yang terbina baik sejak lama. Keinginan untuk mengeruk keuntungan pribadi dan politik dagang telah membuat hubungan Aceh dan Amerika Serikat retak.
Aceh pernah digempur Amerika Serikat akibat politik dagang dan provokasi Belanda. Pelabuhan Kuala Batu di Susoh, Aceh Selatan rata dengan tanah. Menurut M Nur El Ibrahimy dalam buku Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh, setiap tahun diangkut sekitar 42.000 pikul atau sekitar 3.000 ton. Pusat perdagangan itu di Pelabuhan Kuala Batu, Susoh.
Pada 7 Februari 1831 kapal Friendship milik Silsbee, Pickman, dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, seorang mualim yang sering membawa kapalnya ke Aceh, berlabuh di pelabuhan Kuala Batu, Aceh Selatan.
Ketika Endicot dan anak huahnya berada di daratan, tiba-tiba kapal tersebut dibajak oleh sekelompok penduduk Kuala Batu. Akan tetapi, dapat dirampas kembali oleh kapal-kapal Amerika yang kebetulan saat itu berada di perairan Kuala dengan kerugian sebesar US $ 50.000 dan tiga anak buahnya terbunuh.
Peristiwa itu kemudian menimbulkan sejumlah tanda tanya. Pasalnya, selama setengah abad menjalin hubungan dagang belum pernah terjadi perompakan seperti itu. Menurut M Nur El Ibrahimy, ada beberapa penyebab terjadinya peristiwa tersebut.
Pertama, peristiwa itu dipicu oleh kekecewaan orang Aceh yang selalu ditipu oleh Amerika dalam perdagangan lada.
Itu hanya satu faktor. Penyebab lain, Belanda berhasil memprovokasi orang Aceh untuk menyerang kapal-kapal Amerika. Tujuannya, Belanda ingin merusak nama baik Kerajaan Aceh sehingga terkesan tidak mampu melindungi kapal asing yang berlabuh di Aceh.
Kejadian ini membuat kerugian besar di pihak Amerika Serikat dan beberap kru kapal tewas di tangan perompak. Hal ini menyebabkan kemarahan besar di pihak Amerika. Senator Nathanian Silsbee, salah seorang pemilik kapal Friendship dan Partai Whip (Partai Republiken) yang beroposisi terhadap pemerintahan Presiden Jackson, sekaligus seorang politikus yang sangat berpengaruh pada masa itu, langsung menyurati Presiden Jackson pada tanggal 20 Juli 1831.
Subuh 6 Februari 1832, sebanyak 260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick, komandan kapal perang terbaik Amerika saat itu, Potomac, membumihanguskan pelabuhan Kuala Batee, Susoh, Aceh Barat dibawah perintah langsung Presiden Amerika Serikat, Andrew Jackson.
Bagaimanapun, hubungan Kerajaan Aceh dengan Amerika Serikat sudah terbina sejak lama. Dan bukti nyata hubungan tersebut terpatri dalam logo Kota Salem, Massachusetts. Akankah sejarah kejayaan “lada” Aceh kembali terulang? (*/tgj.co.id)
Penulis seorang dokter asal Aceh, FK Unsri, Palembang.
Referensi:
1. culacalo-tuleih.blogspot.com/2012/04/aceh-emblem-kota-salem.html 2. en.wikipedia.org/wiki/Salem,_Massachusetts 3. www.salem.com/pages/index 4. www.salemweb.com/community/city.shtml 5. www.terbaca.com/2011/09/kisah-serang-usa-ke-aceh.html |
Minggu, 26 Februari 2017
Jejak Sejarah Aceh di Kota Salem, Amerika Serikat (1653 M)
Selasa, 07 Februari 2017
Memang Ayah Tak Menyusuimu, Tapi Setiap Tetesan Keringat Ayah Menjadi Air Susu Yang Membesarkanmu
Pembaca yang budiman,
terkadang kita menyangka ayah kita adalah sosok tegar dan tak pernah
menangis. Sosok yang tidak pernah bersedih bahkan tak mungkin bersedih.
Tapi apakah memang benar seperti itu?. Pembaca sholihah yang budiman,
mari simak sebuah tulisan renungan yang akan membuat kita segera ingin
memeluk ayah kita. Redaksi sholihah kutip dari 8intisari.blogspot.com
Mungkin ibu lebih kerap
menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu,
bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku?
Semasa kecil, ibukulah
yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah
pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan
apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung
kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap
dalam tidur nyenyakku.
Saat aku sakit demam,
ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku
merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.
Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku
meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh!
”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu
dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?
Karena bagi ayah, aku
adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya,
ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku
melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu
dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak
beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa
aku diluar sana.”
Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah
anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama Disaat aku
merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya
mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir,
kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan
sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
HARYANIS TRIK "Cara Unik Rebus Telur agar Bagian Kuningnya Berada di Luar Ternyata Mudah Banget Lho !
Anak-anak pada umumnya lebih menyukai makan kuning telur ketimbang
bagian putih telur. Saat makan telur rebus, anak-anak cenderung akan
membuang bagian putih telur karena tidak berasa.
Padahal ketika direbus, bagian putih telur akan menutupi bagian kuning telur. Sehingga akan sedikit merepotkan jika memang hanya ingin memakan bagian kuning telur saja.
Namun sebuah video berdurasi singkat yang diunggah di media sosial Facebook mengajarkan pada kita cara merebus telur agar bagian kuning telur berada di luar. Hal itu terdengar aneh, tetapi berikut caranya.
Pertama, tutup telur dengan selotip plastik hingga menutupi seluruh bagian telur. Lalu masukkan telur ke dalam kain semacam kaus kaki dan putar-putar selayaknya memainkan gangsing. Setelah dirasa cukup, rebus telur ke dalam panci seperti biasa.
Setelah dirasa cukup matang, kupas telur dan lihat hasilnya. Ketika dikupas telur itu akan berwarna kuning dengan bagian putih di dalamnya. Untuk lebih jelasnya berikut video tutorialnya.
Sumber: https://tipsbangneo.blogspot.com/2017/01/cara-unik-rebus-telur-agar-bagian.html
Padahal ketika direbus, bagian putih telur akan menutupi bagian kuning telur. Sehingga akan sedikit merepotkan jika memang hanya ingin memakan bagian kuning telur saja.
Namun sebuah video berdurasi singkat yang diunggah di media sosial Facebook mengajarkan pada kita cara merebus telur agar bagian kuning telur berada di luar. Hal itu terdengar aneh, tetapi berikut caranya.
Pertama, tutup telur dengan selotip plastik hingga menutupi seluruh bagian telur. Lalu masukkan telur ke dalam kain semacam kaus kaki dan putar-putar selayaknya memainkan gangsing. Setelah dirasa cukup, rebus telur ke dalam panci seperti biasa.
Setelah dirasa cukup matang, kupas telur dan lihat hasilnya. Ketika dikupas telur itu akan berwarna kuning dengan bagian putih di dalamnya. Untuk lebih jelasnya berikut video tutorialnya.
Sumber: https://tipsbangneo.blogspot.com/2017/01/cara-unik-rebus-telur-agar-bagian.html
Kisah Mengharukan, Makan Malam Terakhir Bersama Ibu
![]() |
Ada banyak catatan yang mesti
diperhatikan oleh seorang anak selepas menikah. Baik ia sebagai anak
perempuan maupun laki-laki. Khusus bagi laki-laki, ada penekanan dalam
hal ini. Sebab, hingga kapan pun, surga bagi seorang anak letaknya ada
pada kaki ibunda
.
Selain itu, selepas menikah, bakti
seorang anak sama sekali tak otomatis terputus dengan alasan telah
memiliki keluarga sendiri. Dalam hal ini, penting kiranya bagi kedua
pasangan dan keluarga terdekat untuk saling mengingatkan.
Jangan sampai kisah ini terjadi antara
diri dan ibu kita. Sebuah kisah haru nan memilukan ini, patut dijadikan
cermin bagi kehidupan kita; sebagai anak maupun orangtua.
Sebutlah namanya Fulan. Sudah 21 tahun
ia menikah dengan seorang wanita bernama Fulanah. Tepat di usia ke 21
pernikahannya, sang istri bertanya menawarkan, “Mas, tak berkenankah kau
makan malam bersama seorang wanita?” Sang suami yang memang tak
memiliki saudara dan anak wanita itu bertanya kebingungan, “Maksudmu?”
Lantas dijelaskanlah oleh sang istri,
“Esok, keluarlah untuk makan malam bersama ibu.” Aduhai, rupanya Fulan
ini amat sibuk mengurusi keluarga, pekerjaan dan kehidupannya. Lanjut
Fulanah, “Sudah 21 tahun –sejak menikah denganku- kau tak pernah makan
malam bersama ibu,” katanya menerangkan, “Teleponlah beliau, ajaklah
makan malam. Beliau pasti amat mendambakan kebersamaan denganmu.”
Segeralah Fulan menelepon sang ibu.
Dalam perbincangan udara itu, disampaikanlah maksudnya. Sang ibu yang
telah lama menjanda dan hidup bersama keluarga lainnya itu amat
sumringah mendengar ajakan itu. Meskipun, ada rasa tak percaya akan
ajakan mengagetkan dari anak yang amat disayanginya. Pasalnya, masa 21
tahun bukanlah bilangan waktu yang sebentar.
Hari yang direncanakan pun menyapa.
Fulan menuju rumah ibunya. Sesampainya di depan rumah sang ibu, sosok
janda yang sudah lama mendambakan kebersamaan bersama anaknya itu tengah
menunggu, tepat di rahang pintu. Tak ingin diketahui oleh saudaranya
yang lain, sang ibu langsung menyambut, menghampiri dan bergegas masuk
ke dalam mobil.
Di dalam mobil, terjadilah perbincangan
kecil antara keduanya. Tentang rumah makan dan menu terbaik yang hendak
mereka tuju dan santap malam ini. Tak lama, tibalah mereka di tempat
makan terbaik di kota itu.
Lamat-lamat, sang anak memerhatikan
pakaian yang dikenakan oleh ibunya. Agak sempit. Rupanya, itu adalah
pakaian terakhir yang diberikan oleh almarhum suaminya. Duhai, sang anak
ini sampai lupa membelikan pakaian untuk ibunya.
Maka datanglah pelayan pembawa menu.
Disodorkanlah daftar makanan yang hendak dipesan. Ternyata, sang ibu
sudah tak kuasa membaca. Dengan senyum, Fulan menawarkan, “Aku bacakan
menunya. Tunjuk saja menu apa yang Ibu kehendaki.”
Lantas dipesanlah aneka jenis makanan yang dihidangkan, tak lama kemdian.
Lantas dipesanlah aneka jenis makanan yang dihidangkan, tak lama kemdian.
Bersebab bahagianya yang memuncak
lantaran diajak makan malam oleh anak kesayangannya, selera makan sang
ibu tenggelam seketika. Sama sekali tak berminat untuk mencicipi,
apalagi melahapnya. Sosok yang sudah hampir terbenam masa hidupnya itu
hanya memerhaikan anaknya, dengan cinta dan rindu yang kian bertambah.
Di tengah menikmati menu makan malamnya,
Fulan berkata, “Bu, ini yang pertama sejak 21 tahun yang lalu. Maafkan
anakmu ini. Esok kita akan makan malam lagi untuk yang kedua.”
Mendengar kalimat itu, mata sang ibu
berbinar sumringah. Binar bahagia itu semakin bertambah hingga kedua
insan itu pulang. Sang anak mengantarkan ibunya ke kediamannya,
sementara ia kembali ke rumahnya.
Waktu-waktu selepas itu, adalah waktu
menuggu nan membahagiakan bagi sang ibu. Ditungguilah ponselnya guna
berharap panggilan dari anaknya. Sementara itu, di belahan tempat lain,
sang anak tetap sibuk dengan dunia, pekerjaan dan kehidupannya. Ia,
benar-benar lupa dengan janji yang diungkapkannya sendiri.
Lantaran usia yang menua, sang ibu pun
sakit. Makin hari, bertambah parah sakitnya. Alasan sibuk pun membuat
Fulan tak kunjung membesuk ibunya. Hingga akhirnya, wanita berhati
lembut itu wafat sebelum sang anak sempat menjenguknya.
Proses pemakaman pun berlangsung dengan
lancar. Ada haru nan pilu yang menelisik ke dalam hati Fulan. Perasaan
bersalah selalu datang belakangan. Andai perasaan itu bisa datang lebih
dulu, mungkin saja ia akan bisa menebus dosanya.
Lepas pulang dari pemakaman, ponselnya
bergetar. Diangkatklah oleh si Fulan. Tertera dalam layar, pemanggil
adalah ruma makan tempat ia dan ibunya makan malam tempo hari. “Halo,
Pak Fulan,” ucap suara dari seberang. Lepas disahut, penelepon
melanjutkan, “Maaf, Pak. Dalam catatan kasir kami, bapak telah memesan
tempat makan malam untuk dua orang. Tagihannya suda dibayar oleh Ibu
anda.”
Entahlah apa yang dirasa olehnya. Tanpa
penutup, dimatikanlah ponselnya sembari bergegas menuju rumah makan
tersebut. Sesampainya di sana, sang kasir menyerahkan sebuah pesan
tertulis tangan. Dari sang ibu. Tertera di dalamnya, “Nak, aku mengerti.
Malam ini adalah makan malam terakhir kita. Meski kau sampaikan akan
ada yang kedua, aku tak terlalu yakin. Maka, makanlah bersama istrimu.
Aku sudah membayarnya untumu dengan uang Ibu.”
“Ibu, Ibu, Ibu,” demkianlah pesan
Rasulullah Saw. Sosok mulia itu harus didahulukan dari sosok bapak.
Sosok ibu adalah mutiara kebaikan nan tak tergantikan. Selalu ada
mutiara yang bisa digali darinya. Pasti ada hikmah dari wanita yang
mungkin saja, sudah kita sia-siakan sejak lama.
Rabbi, ampuni dosa kami, dosa bapak dan
ibu kami. Sayangilah keduanya, sebagaimana mereka menyayangi kami di
masa belia. [Pirman]
Langganan:
Postingan (Atom)