Senin, 20 Juni 2016

BERTEMU KELINCI LAUT DI PULAU GANGGANG KEPULAUAN SERIBU




Belum lama ini sekitar satu minggu yang lalu saat minggu pertama di bulan ramadhan, saya dan teman saya melakukan kegiatan penyelaman di perairan pulau panggang, Kepulauan Seribu. Kegiatan penyelaman ini dalam misi penelitian. Hal yang menjadi tujuan dari kegiatan penyelaman ini yaitu mendapatkan beberapa biota yang bernama nudibranchia atau kelinci laut yang akan menjadi obyek penelitian. Walaupun dalam kondisi sedang berpuasa, tidak mengurangi niat dan semangat kami dalam melakukan penyelaman ini.
 
Pulau panggang dipilih sebagai lokasi penelitian karena menurut literatur di sekitar perairan pulau ini banyak dijumpai kelinci laut. Selain itu, akses dan akomodasi yang cukup lengkap, serta lokasinya yang berdekatan dengan pulau Pramuka sebagai pusat pemerintah Kab. Kepulauan Kepulau Seribu menjadi alasan lokasi ini dipilih. Kegiatan penyelaman kami lakukan selama satu hari, mulai siang sampai menjelang sore. titik penyelamannya sendiri berada di perairan selatan pulau panggang. Untuk menuju titik penyelaman tersebut kami menggunakan kapal penduduk sekitar dengan biaya yang masih terjangkau.


Saat perjalanan menuju titik penyelaman, suguhan pemandangan yang indah pun terhampar. Perairan yang ada di sekitar pulau panggang ternyata masih jernih dan hamparan terumbu karang hidup terlihat dari atas kapal. Arus perairan pun terasa tenang dan bersahabat sehingga memudahkan perjalanan. Berbekal kamera underwater dan wadah plastik, pencarian kelinci laut pun kami lakukan setibanya di lokasi.



Suguhan hamparan terumbu karang pun langsung menyapa kami saat baru masuk ke perairan. Terumbu karang tersebut terlihat begitu jelas karena jernihnya air laut di lokasi penyelaman. Terlihat soft coral (karang lunak) dari jenis kipas laut, lilia laut, cacing pohon natal dan sponge yang mendominasi di perairan ini, sedangkan jenis hard coral (karang keras) yang mendominasi yaitu jenis Acropora. Selain hamparan terumbu karang, ikan-ikan terumbu pun juga seakan menyapa kehadiran kami. Terlihat ikan jenis betok (Abudefduf sp.), nemo (Amphripion sp.), ekor kuning (caesio cuning), ikan pari lumpur, dll. Keindahan dan keramahan alam bawah laut di sekitar pulau panggang ini membuat saya kagum dan sayang sekali apabila kita melewatkannya. Dan sempat terpikir dalam benak, apabila ekosistem seperti ini sampai rusak dan hancur, maka sungguhlah rugi dan tercela kita sebagai manusia karena tidak bisa menjaga ciptaan tuhan yang maha indah ini.
Selanjutnya pencarian kelinci laut langsung kami arahkan pada karang lunak (soft coral). Hal ini berdasarkan informasi dari literatur yang menyebutkan bahwa kelinci laut sering ditemukan menempel di karang lunak. Dan tentu saja tak berapa lama, beberapa spesies pun berhasil kami dapatkan. Beberapa spesies kelinci laut tersebut di antaranya Chromodis willan, Nembrotha cristata. Ukuran kelinci laut yang diambil memiliki ukuran diatas 5 cm. Momen menarik yang sempat dialami yaitu saat kami menjumpai sepasang kelinci laut yang sedang melakukan proses perkawainan. Tentu saja hal ini membuat kami gembira, karena jarang bisa melihat secara langsung proses perkawinan kelinci laut. Pencarian pun kami lakukan selama 1 jam lebih, dan beberapa sampel kelinci laut sudah berhasil kami dapatkan.

Kelinci laut atau nudibranchia yang menjadi obyek penelitian ini merupakan biota yang terkenal unik karena memiliki tubuh lunak dan tidak dibungkus oleh cangkang seperti halnya jenis siput laut dan kerang-kerangan, selain itu biota ini berukuran mungil dan berwarna-warni. Kata nudibranchia berasal dari gabungan kata bahasa latin nudus yang berarti telanjang, dan kata bahasa yunani brankhia yang berarti insang. Biota yang juga dikenal dengan nama kelinci laut ataupun siput laut ini ternyata merupakan karnivor dan biasanya memangsa sponge, hydroid, lilia laut, kerang-kerangan bahkan memangsa sesamanya (kanibal). 
 
Keberadaan kelinci laut sebagai salah satu kekayaan hayati laut dan memiliki peranan dalam rantai makanan, menjadikan kelinci laut sebagai spesies yang harus dilestarikan. Selama ini kelinci laut diburu oleh manusia untuk dijadikan sebagai biota hias di akuarium dan juga sebagai bahan pembuatan obat tradisional. Hal ini tentu saja akan mengganggu keseimbangan ekosistem yang sudah ada. Penelitian yang kami lakukan ini pun memiliki harapan agar nantinya pemanfaatan kelinci laut tidak lagi dieksploitasi secara langsung dari alam, tetapi merupakan hasil budidaya. Sehingga keberadaan dari kelinci laut masih tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh anak cucu kita.
 





Diposkan oleh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar